Recent Posts

May 2, 2009

Menjadi Yusuf Islam Tatkala Di Puncak Populariti








Saturday, 02 May 2009 05:56

Populariti dan kekayaan tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Cat Steven, bintang pop era tahun '70-an, yang kemudian dikenali dengan nama Yusuf Islam, justeru merasakan kegelisahan hidupnya ketika sedang berada di puncak populariti dimana ia hidup bergelimang harta. Kegelisahan yang mendorongnya untuk menyusuri jalan panjang mencari Tuhan hingga dia menemukan cahaya Islam dan akhirnya menjadi juru dakwah lewat kegiatan muziknya dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Bintang Pop

Sejak kecil lagi, Yusuf Islam sudah akrab dengan panggung-panggung hiburan kerana bisnes keluarganya bergerak dalam bidang itu. Dia terbiasa hidup dalam kemewahan kalangan sosial kelas tinggi di Inggris. Sebagai penganut ajaran Kristian, keluarganya mengajarkan Yusuf bahwa Tuhan itu ada, tapi manusia tidak bisa melakukan perhubungan langsung dengan Tuhan. Umat Kristiani meyakini Isa sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan.

"Saya menerima ajaran itu, tapi saya tidak menelannya mentah-mentah," kata Yusuf.

"Saya melihat patung-patung Isa, mereka cuma benda mati tanpa nyawa. Saya tambah bingung ketika mereka mengatakan Tuhan ada tiga. Tapi saya tidak mendebat pernyataan itu. Saya menerimanya, kerana saya harus menghormati kepercayaan orang-orang tua saya," sambungnya.

Sedang umurnya meningkat remaja, Beliau mula bergelumang dengan muzik sehinggakan beliau mulai melupakan kebingungannya terhadap ajaran agamanya kerana beliau sendiri mulai jauh dari kekristianan. Impiannya saat itu hanyalah menjadi bintang musik pop. Apa yang ia lihat dan ia baca di media massa sangat mempengaruhi pemikirannya untuk menjadi seorang 'pop star'. Yusuf punya bapa saudara yang punya kereta mewah dan mahal. Ketika itu Yusuf berpikir, bapa saudaranya punya kereta mewah kerana punya banyak wang.

"Banyak orang di sekeliling saya memberi pengaruh pada pemikiran saya bahawa wang dan dunia adalah Tuhan mereka. Sehingga saya memutuskan bahawa itulah hidup saya. Banyak wang dan hidup luxurious," tutur Yusuf.

Meski demikian, Yusuf mengaku saat itu masih ada sisi kemanusiaan jauh di dalam hatinya, keinginan untuk membantu sesama manusia jika beliau jadi orang kaya kelak.

Yusuf pun membangun kerjayanya sebagai ahli muzik dan penyanyi. Dalam usia mudanya, Yusuf sudah mencapat kesuksesan dalam kerjayanya dan keinginannya menjadi seorang 'bintang besar' tercapai. Nama dan foto-fotonya muncul di hampir seluruh media massa. Yusuf mula bergelumang dlm kenikmatan duniawi, tapi beliau masih tak puas dgn gaya hidupnya, beliau ingin kehidupan yang lebih menyeronokkan dari apa yang ia miliki. Akibatnya, Yusuf terjerumus ke jalan yang salah. Ia memilih narkoba dan minuman keras untuk mencari kehidupan yang ia inginkan itu.

Mencari Kebenaran

Setahun berlalu selepas Yusuf mengenyam kesuksesan dalam karir dan finansialnya, beliau menghidap tubercolusis akibat gaya hidup dan kebiasaannya bertemankan minuman keras dan narkoba. Beliau sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit. Saat itu Yusuf pun berfikir, 'mengapa saya di sini, terlentang di tempat tidur tak terdaya?, 'apa yang terjadi pada saya? Sekujur tubuh tanpa daya dan kekuatan? Adakah tujuan hidup saya semata-mata hanya untuk memuaskan nafsu tubuh ini?. Dan bayak lagi pertanyaan-pertanyaan yg mengganggu fikirannya dan ia mencuba mencari jawapannya.

Kerana pada masa itu ramai di kalangan masyarakat Barat sedang giat mempelajari hal-hal yang berbau mistik dari Timur, Yusuf pun ikut mempelajarinya. Beliau mulai sedar akan kematian yg tak terbau kedatangannya. Beliau mulai melakukan meditasi dan menjadi vegetarian. Akan tetapi, tujuan kehidupannya di dunia ini masih lagi mengganggu fikirannya.

Sebagai bintang pop, namanya terus merangkak ke tangga populariti. Kekayaan terus mengalir, tapi ketika itu Yusuf mulai mencari kebenaran. Ia pun belajar agama Budha, namun di satu sisi, Yusuf belum berani meninggalkan kehidupan glamournya, meninggalkan kenikmatan dunia dan hidup seperti layaknya pendeta Budha, menjauhkan diri dari masyarakat.

Selanjutnya, Yusuf juga mempelajari Zen dan Ching, numerologi, kitab taurat dan astrologi, balik lagi mempelajari alkitab, tapi Yusuf tidak menemukan apa yang dicarinya, kebenaran yang hakiki. Sampai kemudian apa yang disebutnya mukjizat itu datang.

"Saudara lelaki saya baru saja kembali dari kunjungannya ke Jerusalem dan disana ia mengunjungi sebuah masjid. Saudara saya itu sangat terkesan melihat masjid yang ramai dikunjungi orang, seperti wujudnya suatu denyutan kehidupan, terasa atmosfera ketenangan dan kedamaiannya. Berbeza rasanya ketika ia mengunjungi gereja dan sinagog yang sepi," kata Yusuf.

Ketika kembali ke London, saudara lelakinya itu memberikan Al-Quran kepada Yusuf Islam. "Dia tidak masuk Islam, tapi ia merasakan sesuatu yg benar tentang agama ini yakni Islam dan dia meyakini bahawa saya juga akan merasakan hal yang sama. Saya menerima Al-Quran pemberian saudara saya itu dan membacanya. Saat itulah saya merasakan bahwa saya telah menemukan agama yang benar, agama yang tidak seperti pandangan masyarakat Barat selama ini bahwa agama hanya untuk orang-orang tua," jelas Yusuf.

Beliau melanjutkan,"Di Barat, jika ada orang yang ingin memeluk satu agama dan menjadikannya sebagai cara hidupnya, maka orang yang bersangkutan itu akan dianggap fanatik. Tapi setelah membaca Al-Quran yg pd awalnya saya bingung tentang tubuh dan jiwa, akhirnya menyedari bahawa keduanya adalah bahagian yang tak terpisah, Anda tidak perlu pergi ke gunung untuk menjadi religious."

Saat itu, satu-satunya yang diinginkan Yusuf Islam adalah menjadi seorang Muslim. Dari Al- Quran ia tahu bahawa para rasul dan nabi diutus Allah swt untuk menyampaikan pesan yang sama. "Mengapa kemudian Yahudi dan Kristian berbeza? Kaum Yahudi tidak mahu menerima Yesus sebagai Mesiah dan mereka mengubah perintah-perintah Tuhan. Sementara Kristian salah memahami perintah-perintah Tuhan dan menyebut Isa sebagai anak Tuhan. Tapi dalam Al-Quran saya menemukan keindahan, Al-Quran melarang penyembahan matahari atau bulan tapi memerintahkan umat manusia untuk mempelajari dan merenungi semua ciptaan Allah swt ," papar Yusuf Islam.

"Ketika saya membaca Al-Quran lebih jauh lagi, AL-Quran membicara dan menjelaskan soal salat, sedekah perbuatan baik dan lain2 lg. Saya belum menjadi seorang Muslim saat itu, tapi saya merasa Al-Quran adalah jawapan buat saya selama ini dan Allah swt telah menjadikannya pd saya suatu petunjuk yg blh digelar sbg 'savior'," sambung Yusuf Islam.

Mengucap Dua Kalimah Syahadah

Yusuf Islam kemudian memutuskan untuk berkunjung ke Jerusalem. Di kota suci itu, ia datang ke masjid dan duduk di sana. "Seseorang bertanya, apa yang ia inginkan, saya menjawab bahawa saya seorang Muslim. Orang itu bertanya lagi, siapa nama saya. Saya jawab 'Steven'. Orang itu nampak kebingungan. Saya ikut solat berjamaah, meskipun pd masa itu solat saya tidak begitu sempurna," kisah Yusuf menceritakan pengalamannya di sebuah masjid di Jerusalem.

Kembali ke London, Yusuf menemui seorang muslimah bernama Nafisa dan mengatakan bahawa ia ingin masuk Islam. Nafisa kemudian mengajak Yusuf ke Masjid New Regent. Ketika itu tahun 1977, satu setengah tahun sesudah ia mulai membaca Al-Quran yang diberikan saudara lelakinya. Setelah menunai solat Jumaat, Yusuf menemui imam masjid dan mengucapkan dua kalimht syahadah. Saat itu, bergelarnya beliau seorang Muslim. Nama Cat Steven ditukar menjadi Yusuf Islam.

"Akhirnya, saya tahu bahwa saya boleh melakukan perbicaraan secara langsung dengan Tuhan, tidak seperti dalam agama Hindu dan Kristian yang harus melalui perantara. Dalam Islam, semua penghalang itu tidak ada . Satu-satunya yang membezakan orang yang bertakwa dan tidak bertakwa adalah solatnya, solat adalah proses penyucian diri dlm mencegah kemungkaran," papar Yusuf Islam.

"Akhirnya, saya ingin mengatakan bahawa apa yang saya lakukan saat ini adalah untuk Allah swt semata. Saya berharap Anda mendapatkan inspirasi dari pengalaman saya ini. Satu yang ingin saya katakan, saya tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan seorang Muslim pun sebelum saya masuk Islam. Saya lebih dulu membaca Al-Quran dan menyadari bahwa tiada seorang pun sempurna. Tapi Islam adalah agama yang sempurna dan jika kita mengikuti apa yang ditinggalan Rasulullah Muhammad saw iaitu Al-Quran dan As-Sunnah, kita akan selamat dari akhirat. Semoga Allah swt senantiasa membimbing umat Rasulullah Muhammad saw ke jalan yang lurus. Amiin," kata Yusuf Islam menutup pembicaraan.

para pembaca...ambillah yg baik sebagai langkah permulaan dan yg mungkar sbg pengajaran dan peringatan dlm kehidupan seharian...wallahualam..Assalamualaikum.

taken from www.dakwah.info
Related Posts with Thumbnails